Subyektif itu sering, Obyektif tergantung mood

Sesuai judulnya, manusia dengan sejuta akal dan rasio pola pikirnya tetap saja masih mempertimbangkan perasaannya. Setiap kali memulai sesuatu manusia normal akan mengawalinya dengan pemikiran-pemikiran yang bersifat ilmiah dan ketika tiba untuk mengakhirinya perasaanlah yang akan menyelesaikannya. Itulah sebabnya setiap hasil karya manusia sering disebut memiliki cita rasa yang tinggi, karena dalam proses finishingnya selalu memakai emosi perasaan jiwa kemanusiaannya.

Untuk bisa obyektif susahnya minta ampun. šŸ˜¦Ā  Konsep sederhana obyektif adalah apa adanya sesuai dengan aturan main/dasarnya. Fungsi dasar sebuah aturan diciptakan bertujuan sebagai limit atau pembatas dari sebuah formula. Obyektifitas memiliki peran penting dalam membuat suatu keputusan yang menjadi adil bagi seluruh pihak yang berkepentingan.

Subyektifitas memiliki peran penting dalam hal pengampunan. Hubungannya pun erat dengan selera seseorang. Hal ini tentunya diberlakukan setelah segala sesuatunya melewati aspek-aspek obyektifitas dalam memutuskannnya.Ā Pengambilan sebuah keputusan berdasarkan sesuatu yang benar namun tidak sesuai aturan dasarnya mencerminkan sebuah subyektifitas telah berperan disini. Faktor kemanusiaan yang mendasari atau mendorong kenapa subyektifitas harus atau perlu untuk dilakukan.

Kedua aspek diatas sangatlah penting, kaarena dunia bukanlah seperti sebuah matematika yang bersifat pasti. Menjadi sangat penting ketika sebuah keadilan dicari oleh sebuah keadaan. Dan akan terasa menjadi adil ketika semuanya telah melalui sebuah penilaian-penilaian yang obyektif, walaupun pada akhirnya dibumbui dengan penilaian yang sifatnya subyektif.Ā  (CMIIW)

Leave a comment