Dunia kehidupan orang dewasa bagaikan mengejar-dikejar waktu

quit berhenti

Tamat kuliah sibuk cari kerja, mendapat pekerjaan sesuai dengan apa yang di dambakan merupakan kenyataan dari sebuah impian. Mendapat gaji pertama dari hasil kerja sebulan menjadi suatu hal yang menggembirakan, tersenyum lebar serasa dunia ini sangat luas karena tersinari cahaya terang benderang. Tidak hanya sampai disitu, bisa membeli ini & membeli itu dengan uang gaji yang notabene bukan dari pemberian orang tua merupakan hal yang membanggakan. Bahagia serasa tak ada habisnya ketika pekerjaan selalu terselesaikan dan mendapati lingkungan kerja yang nyaman. Namun banyak juga yang memperoleh semua itu dengan cara berwirausaha sendiri.

Namun disuatu ketika bagi sebagian orang perasaan itu sering memudar. Kejenuhan yang acap kali menyambangi menjadi sebuah ancaman. Ingin mengatasinya tapi tak kuasa hanya kelelahan yang didapatkan. Akumulasi kejenuhan dari waktu ke waktu menjadi beban berat yang sangat melelahkan. Andaikan jeda waktu itu ada, dan memungkinkan untuk berhenti sejenak pasti akan menjadi opsi yang diambil kebanyakan orang untuk memperoleh relaksasi kehidupan. Namun apa daya keyataan berkata lain, waktu berjalan tak kenal lelah. Di saat kita lelah waktu terus berjalan meninggalkan kita, dan ketika kita bangun tersadar kita dibuat tergopoh-gopoh mengejar waktu yang telah berjalan jauh meninggalkan kita di belakang. Walaupun sesekali kita bisa meninggalkan waktu jauh dibelakang, dengan terselesaikannya sebuah pekerjaan lebih cepat dari yang direncanakan. Namun yang sering terjadi adalah ketakutan akan waktu meninggalkan kita, bak momok yang sangat mengerikan yang menghantui di banyak sudut kehidupan.

Hidup itu indah, menikmati hidup penuh rasa syukur merupakan pilihan. Seperti dunia anak yang kita tinggalkan beberapa waktu yang lalu yang selalu penuh riang gembira & kedamaian. Resign dan memilih pekerjaan lain dengan alasan tepat untuk merasa lebih nyaman juga merupakan pilihan. Kita tidak bisa melompat keluar dari ring kehidupan begitu saja, tapi sekedar melompat ke arena lain itu masih memungkinkan. Satu hal yang perlu di ingat, kehidupan masa depan tidak bisa dipastikan tetapi bisa diperhitungkan.

Memulai semua dengan baik, menjalani penuh dengan perhitungan akan mendapatkan hasil memuaskan. “Sopo sik nandur iku bakal ngunduh” (pepatah jawa). Yang menyebar benih pasti akan memanennya. Mengeluh hanya akan membuat hidup penuh dengan suasana kegalauan dan ketidakpastian. Berusaha untuk terus lebih baik merupakan salah satu kunci dalam meniti kehidupan. Manusia terlahir sebagai problem solver, bukan sekedar pelengkap kehidupan bumi ini. Masih ada kehidupan yang lebih penting dan kekal menanti ketika kita sudah benar-benar lelah dengan kehidupan ini.

Leave a comment