DEMOKRASI SEMU telah menguasainya & begitu tertatih ketika menuju KEADILAN

Sebuah kisah nyata dari negeri di seberang sana, sebuah kepemimpinan terlahir dari sistem demokrasi dengan dasar “adat kebiasaan : dari dulu sudah begitu”. Sangat berbeda dengan sistem demokrasi murni & kerajaan dimana kepemimpinan terlahir dari sebuah factor berdasarkan suara terbanyak atau karena faktor keturunan darah. Sebuah kepemimpinan unik, dengan typical manusia di dalamnya yang unik pula. Tidak ada yang perlu disalahkan, karena semuanya akan terlihat benar dalam berbagai sudut pandang.

Keadilan itu seimbang & tidak selalu sama rata

Keadilan itu seimbang & tidak selalu sama rata

Menjadi sebuah perihal penuh dengan controversial ketika seseorang yang terpilih dengan system demokrasi dan sebelumnya telah digadang-gadang akan membawa perubahan namun  dalam kenyataannya hanya berjalan dengan begitu saja. Seperti yang terdahulu, tidak ada perbedaan dengan yang terdahulu dengan alasan semua sudah nyaman tanpa ada yang dirugikan. Sebuah alasan klasik penyakit akut yang melanda beberapa karakter kepemimpinan di jagad ini. Kepemimpinan yang terbaik akan menghasilkan keadilan untuk semua orang, bukan sekedar menghasilkan keuntungan bagi semua dalam masa kepemimpinannya. Karena keadilan merupakan tujuan dari kehidupan, tidak semata pada sebuah keuntungan saja.

Sebagai seseorang di bawah suatu kepemimpinan kurang pantas jika hanya mampu berteriak saja, tanpa mau berbuat merubah untuk kebaikan semua. Orang pintar selalu punya banyak jawaban atas segala permasalahan, tapi orang cerdas akan lebih cepat dan pantang menyerah dalam memecahkan suatu permasalahan sehingga lebih bermanfaat bagi kehidupan. Sebuah pilihan yang tentunya sangat dilematis, jika nahkoda kepemimpinan itu tidak selalu berjalan pada azas keadilan dan semua manusia didalamnya hanya sibuk berteriak-teriak semata tanpa adanya pergerakan berarti. Semua orang mengetahuinya, berbuat demi kebaikan bersama itu bagian dari ibadah. Menyingkirkan batu ditengah jalan berdampak banyaknya kucuran pahala menunggu kita di masa mendatang.

Makna hidup penuh manfaat belum mengalir diseluruh sendi kehidupan. Acuh terhadap lingkungan dan sibuk berkomentar ketika ada kesalahan menjadi budaya baru. Mencela menjadi sebuah hal biasa, dan pujian selalu begitu sayu terdengar. Hidup adil akan penuh dengan keseimbangan yang bukan selalu berarti sama rata. Makna adil sebenarnya begitu sulit untuk di raih, namun serasa sudah cukup ketika jarak itu tidak terlalu jauh dan ada indikasi kian hari kian mendekat.

Leave a comment